Alternatif pakan pada Budidaya Perikanan


Dalam usaha budidaya perikanan sangat diperlukan adanya keberhasilan bagi kita sebagai pelaku usaha agrobisnis perikanan Budidaya, terutama bagaimana langkah kita dalam menjalankan usaha hendaknya dapat berhasil, terutama peningkatan produksi, namun tidak bisa kita pungkiri bahwa biaya produksi perikanan di kalangan kita dirasa cukup mahal.

Tapi bagaimanapun juga karena yang namanya usaha supaya berhasil mau tidak mau harus dijalankan. demi untuk mencapai keberhasilan usaha kita, terutama bagaimana supaya produksinya meningkat.

Memang, pada umumnya dalam usaha Budidaya atau pembesaran dibidang usaha perikanan pada umumnya  yang lebih banyak memakan biaya itu terdapat  pada pakan,  dan itu lebih besar dari biaya sarana produksi lainnya, oleh karena itu untuk menekan biaya penggunakan pakan seperti pelet yang biasa di jual oleh pabrik  perlu ada alternatif yang dapat disesuaikan untuk menekan biaya produksi tersebut.

dibawah ini merupakan sebuah artikel yang memuat beberapa alternatif pilihan untuk meningkatkan produksi dengan pakan alternatif,  mudah-mudahan bermanfaat



PAKAN 1

Biasanya, para peternak akan meramu pakan yang terdiri dari :

1. Dedak halus (bekatul) 20%,

2. Ampas tahu 20%,

3. Menir atau jagung giling 20%,

4. Ayam broiller mati/ ikan rucah 35%,

5. Tepung tapioka 5%

6. Vitamin C serta B Complex.

7. Kuning telur

Ayam broiller atau ikan tadi dibersihkan dan hanya diambil dagingnya. Tulang, jeroan serta kulit dibuang. Selanjutnya bahan-bahan itu digiling menggunakan gilingan daging manual. Hasilnya berupa adonan yang liat. Adonan dibentuk lempengan seperti pempek Palembang lalu dikukus sampai benar-benar masak. Tanda kemasakan adalah,apabila ditusuk, sudah tidak ada bagian yang berwarna keputih-putihan. Pakan ramuan sendiri inilah yang dijadikan menu sehari-hari lele tersebut. Baik yang masih berupa burayak, kebul, putihan maupun lele konsumsi. Bedanya, pada pakan burayak, komposisi protein hewaninya diperbesar menjadi 50% dengan ditambah kuning telur. Telur-telur ini pun merupakan telur afkir yang kondisinya masih bagus, yang dibeli di pengusaha penetasan telur ayam maupun itik. Dedak halus, ampas tahu dan menir atau jagungnya dikurangi hingga masing-masing tinggal 15%.

Pakan berupa "kue kukus" tersebut bisa tahan disimpan di kulkas sampai dengan 1 minggu. Hingga produksi pakan yang sangat merepotkan ini bisa dilakukan selang 1 minggu sekali, 3 hari sekali atau sesuai dengan kesempatan dan kebutuhan. Cara pemberian pakan cukup dengan ditaruh dalam tampah, nyiru atau nampan kayu dan dimasukkan ke dalam bak atau kolam. Tampah, nyiru atau kotak kayu ini dibuat tiga susun. Tampah paling bawah berukuran paling besar, yang ditengah tanggung dan yang di atas paling kecil. Tiga tampah ini diikat kawat dengan jarak sekitar 15 cm. dan diberi gantungan untuk mengikatkannya di tiang pancang, hingga tampah paling atas hanya masuk ke dalam air sebatas 10 sd. 20 cm. Pakan hanya ditaruh pada tampah bagian atas. Tetapi karena lele itu akan makan secara berebutan, maka pakan akan berhamburan dan jatuh pada tampah kedua. Di sini pun pakan diperebutkan dan kembali berhamburan. Tetapi karena pakan di tampah kedua hanya merupakan ceceran dari tampah diatasnya, maka yang jatuh ke tampah ketiga pun volumenya terbatas.

Harga dedak halus, saat ini Rp 800,- per kg. (kering). Harga ampas tahu sekitar Rp 150,- (basah). Harga ayam mati Rp 1.000,- per ekor bobot 1,5 kg. kotor atau 0,75 kg.daging. Menir atau jagung giling Rp 1.500,- per kg. Tepung tapioka Rp 2.000,- per kg. Vitamin-vitamin senilai Rp 50,- per kg. ramuan. Dengan komposisi dedak halus, ampas tahu dan menir 20%, ayam 35% dan tepung tapioka 5%, maka nilai pakan dengan bobot 10 kg adalah Rp 10.900,- atau per kg. basah Rp 1.140,- Biaya produksi (tenaga kerja + bahan bakar) sekitar Rp 200,- per kg. Hingga total nilai pakan Rp 1.340,- bobot basah atau bobot kering Rp 2 000,- Dengan asumsi harga pakan pabrik Rp 2.500,- per kg, maka harga pakan ramuan sendiri ini lebih murah Rp 500,- per kg. Harga lele di tingkat peternak, saat ini Rp 5.500,- dari harga tersebut, peternak mengambil marjin sekitar 20%, hingga harga pokoknya Rp 4.400,- Dari harga pokok tersebut, sekitar 70% atau Rp 3.080,- merupakan nilai pakan. Harga ini menggunakan patokan perhitungan pakan pabrik dengan bobot 1,232 kg. Apabila menggunakan pakan ramuan sendiri dengan nilai Rp 2.000,-per kg, maka nilai pakan itu hanya Rp 2.464,- Berarti, dari tiap kg. ikan lele yang diproduksi menggunakan pakan ramuan sendiri, peternak memperloleh tambahan marjin Rp 616,- Dengan volume pembesaran lele 10 ton dalam jangka waktu 3 bulan, maka marjin tambahan yang bisa diperoleh peternak dari penggunaan pakan tambahan adalah Rp 6.160.000,-

Perhitungan ramuan pakan dengan konversinya pasti akan sangat bervariasi, tergantung lokasi peternakan dan kejelian peternak untuk memperolehbahan pakan yang berkualitas sama baik tetapi dengan harga yang jauh lebih murah. Kelebihan penggunaan pakan buatan sendiri adalah, peternak bisa mengatur komposisi protein hewani maupun nabatinya, sesuai dengan ketersediaan bahan yang ada. Peternak juga bisa mempertinggi prosentase protein hewaninya agar pertumbuhan lele bisa dipercepat, namun tanpa terlalu besar menambah beban biaya pakan akibat pembengkakan nilai protein hewani terebut. Ini semua memerlukan kejelian yang luarbiasa, hingga keong sawah atau darat, kepompong ulat sutera dan cacing tanah misalnya, akan mampu memperbesar marjin. Pemeliharaan cacing tanah, paling tinggi hanya boleh menghabiskan biaya produksi Rp 2.000 per kg. Ini dimungkinkan sebab komponen pakan cacing adalah limbah organik. Meskipun nilai gizi cacing tanah terlalu tinggi untuk dimanfaatkan bagi pembesaran lele. Cacing tanah lebih cocok untuk pakan pembesaran ikan yang nilai ekonomisnya juga lebih tinggi dari lele.

PAKAN 2

Untuk menghasilkan 1 ton ikan lele siap konsumsi, jika menggunakan pakan pellet menghabiskan pakan 1 ton, sedangkan apabila menggunakan pakan organik hanya membutuhkan 2.300 liter. Sementara bobot dalam 1 kilogram ikan lele yang diberi pakan pelet berjumlah antara 8 hingga 9 ekor, sedangkan yang diberi pakan organik 7 hingga 8 ekor. Saat ini harga ikan lele di pasaran mencapai  mulai dari RP 14.000  s/.d RP.20.000,-  per kilogram.

Untuk menghasilkan pakan lele organik ini, peternak hanya mengumpulkan limbah kotoran sapi ke dalam bak yang dicampur air beserta enzim bakteri silanace untuk mempercepat proses penguraian kotoran sapi. Selang lima hari kemudian, dengan proses aerasi, kotoran sapi yang telah berbentuk cairan siap diberikan ke ikan lele dengan cara disiramkan.

PAKAN 3

Cara Aplikasi yang kami berikan adalah sebagai berikut dibawah ini :

Lahan di Pupuk NPK Organik , Dosis 600 KG – 1.000 KG / HA. Kemudian didiamkan selama 10 hari agar tercipta ZOOPLANKTON dan PHYTOPLANKTON, dan hari ke-11 bibit ikan baru dimasukan. Pemberian PAKAN baru dilakukan setelah kira – kira ZOOPLANKTON dan PHYTOPLANKTON berkurang atau habis.

Cara membuat pakan ikan buatan ( Per 110 KG ) :

bahan – bahan :

katul : 100 kg ( harga rp. 1.500/kg )

tepung gaplek : 10 kg ( harga rp. 1.500/kg )

garam kasar : 2 kg ( harga rp. 1.000/kg )

tesaki cair : 4 botol/0,5 liter ( suplemen organik ) – ( harga rp. 30.000/botol )

Garam Kasar/Grosok dihaluskan kemudian dicampur RATA dengan KATUL dan TEPUNG GAPLEK, setelah itu dikukus sampai warna coklat tua. 3 Botol TESAKI CAIR dicampur dan diaduk RATA dengan 50 liter Air matang / Air isi ulang. Hasil KUKUSAN dicampurkan merata dengan TESAKI + AIR, setelah itu dimasukan mesin pellet atau Gilingan Daging kemudian dikeringkan ( Dijemur atau di Oven pakai Oven Kue ).

PAKAN 4

Tanaman yang bisa untuk Pakan Ternak sekaligus Kesuburan Tanah (contoh di Madura):

1. Rumput gajah rakus unsur hara

2. Jagung

3. Kleresede

4. Kacang-kacangan

5. Kaliandra

6. Ketela rakus unsur hara

7. Lamtoro gung



Pengolahan Pakan Ternak:

I.Hay

Mengeringkan hijauan/tanaman Cara alami (dengan sinar matahari) maupun menggunakan mesin pengering Kandungan air 12-20% ? tidak tumbuh jamur. Tujuan: penyediaan hijauan untuk pakan ternak pada saat kritis & saat ternak diangkut jarak jauh Dapat diperjualbelikan Kualitas hijauan akan menurun apabila tertimpa hujan Pengeringan terlalu lama mengakibatkan kehilangan nutrisi & mudah tumbuh jamur

Syarat tanaman yang dibuat Hay:

1. Bertekstur halus

2. Dipanen pada awal musim berbunga

3. Dipanen dari area yang subur

Pengawet:

1.Garam dapur 1-2%:

mencegah timbulnya panas karena kandungan uap air mengontrol aktivitas mikroba menekan pertumbuhan jamur



2.Amonia cair

mencegah timbulnya panas meningkatkan kecernaan hijauan memberikan tambahan Nitrogen

Kriteria Hay yang baik:

1.berwarna tetap hijau meskipun ada yang kekuning-kuningan

2.daun yang rusak tidak banyak

3.bentuk hijauan masih tetap utuh & jelas

4.tidak terlalu kering sebab akan mudah patah.



II.Silase

Hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar melalui proses fermentasi Kandungan air: 60-70% Tujuan: pemberian hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun, atau untuk mengatasi kekurangan pakan di musim paceklik dalam silo Silo: tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas, dsb. Pencacahan:

memutus/menghentikan proses respirasi/pernafasan pada tanaman agar kandungan air hijauan dapat mencapai titik dimana aktivitas air dalam tanaman dapat mencegah perkembangan mikroba

Prinsip pembuatan Silase:

Keadaan hampa udara ? pemadatan hijauan yang telah dicacah dengan cara ditekan atau diinjak-injak

Terbentuk suasana asam saat penyimpanan ? penambahan bahan pengawet: garam, gula, dedak, bakteri

Tempat penyimpanan (silo) jangan ada kebocoran & harus tertutup rapat yang diberi pemberat

Jenis hijauan yang dapat dibuat Silase: rumput, sorghum, jagung, biji-bijian kecil



Kriteria Silase yang baik:

PH sekitar 4 (asam)

Bau segar atau bukan berbau busuk

Warna hijau masih jelas

Tidak berlendir

Tidak berbau mentega tengik.

III. Amoniasi atau Urease

Melepaskan serat kasar dari hijauan agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak

Kandungan gizi:

Jerami: protein 3-5%, kecernaan 25-45%, kadar vitamin & mineral rendah (jangan diberikan pada ternak perah atau yang sedang menyusui)

Rumput gajah: protein 12-14%

Keuntungan Amoniasi:

Kecernaan meningkat

Protein jerami meningkat

Menghambat pertumbuhan jamur

Memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami

Pemberian Urea 3% dari berat jerami atau air kencing secara berlapis lalu dipadatkan

Kriteria Amoniasi yang baik:

1.Berwarna kecoklat-coklatan

2.Kering

3.Jerami padi hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya.

PAKAN 6

1. dedak halus (karbohidrat)

2. tepung kedelai (protein)

3. tepung jagung (karbohidrat)

4. bekicot (protein)

5. cacing (protein)

6. tepung daun pepaya, lamtoro, (protein dan karbohidrat)

Komposisi :

1. 1,2,3,dengan porsi 50 :20 :30

2. 1,2,4 dengan porsi 50 :20 :30

3. 1,2,5 dengan porsi 50 :20 :30

4. 1,2,6 dengan porsi 50 :20 :30

cara membuat

1. semua bahan dicampur

2. aduk rata dengan air panas

3. lemparkan ke kolam dalam bentuk basah (untuk satu hari saja)



PAKAN 7

Cara membuat pakan ikan lele

Tepung teri

Tepung udang

Tepung darah.

Tepung ikan

Tepung kedelai

Tepung jagung tepung singkong

Minyak ikan.

Tepung kanji

Bila di tempat anda sulit mencari bahan2 di atas, anda bisa membuatnya dengan 3bahan yg ada di atas.

Misal : TEPUNG IKAN, MINYAK IKAN DAN JAGUNG GILING. bisa juga di tambah tepung kanji agar bahan bisa merekat. Kenapa minyak ikan harus ada? Karena minyak ikan adalah salah satu penambah nafsu makan. kadang ikan tak mau makan pelet buatan sendiri karena tidak di campur dengan minyak ikan. jadi minyak ikan bisa dikatakan bahan utama dlm pembuatan pelet sendiri. Campur ketiga bahan tersebut sampai merata lalu tuangkan air hinga menjadi seperti pasta. dan ingat! usahakan dlm pembuatan pelet sebaiknya jangan terlalu encer. kemudian anda masukan kemesin cetak, klo tidak punya mesin bisa anda buat seperti cacing dengan tangan anda sendiri lalu potong pendek-pendek. setelah itu bisa anda keringkan. bila pelet / pakan ikan sudah kering atau sudah siap untuk di jadikan makanan ikan lele, taburkan secukupnya pada pagi dan sore hari.



PAKAN 8

Tapi ada cara lain untuk budidaya ikan lele yang lebih hemat biaya, yaitu dengan menggunakan “ kotoran Sapi “ sebagai pakan. Cara ini ternyata sangat baik untuk pertumbuhan ikan lele dan rasanya pun lebih gurih daripada ikan lele yang diberi pakan sentrat. Cara ini sangat populer di daerah Banyuwangi Jawa Timur. Dengan memberi pakan ikan lele secara Organik maka seakan lele hidup di alam bebas, dimana hidupnya dari makan bahan2 organik.

Hasil panen dari Budidaya ikan lele Organik dengan ikan lele non organik sangatlah berbeda. Ikan lele organic hasilnya bisa lebih panjang 20 – 35 cm. Warnanya juga berbeda, ikan lele organic biasanya warnanya agak kemerah-merahan terutama di bagian sirip dan insang. Sedangkan ikan lele non organic warnanya agak kehitam-hitaman.

Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter. Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter.



PAKAN 9

Pengolahan limbah pertanian, termasuk limbah cair industri pengolahan banyak dikembangkan menggunakan proses fermentasi metan yang menghasilkan energi berupa gas metan. Belakangan ini telah dikembangkan kombinasi fermentasi metan dengan fermentasi hidrogen yang disebut perlakuan dua tahap (two-step treatment). Yakni perlakuan fermentasi hidrogen yang dilanjutkan dengan fermentasi metan. Satu kelompok 5 orang ilmuwan Jepang belum lama ini mencoba penggunaan campuran kotoran ternak (sapi) dengan limbah organik lainnya untuk perlakuan fermentasi satu dan dua tahap. Temuan-temuan mereka membuka peluang dan manfaat baru dalam kegiatan penanganan limbah organik. Kelompok ilmuwan tersebut, Hiroshi Yokoyama dkk dari tim riset daur ulang limbah dan tim riset pengendalian polusi pada Lembaga Nasional Ilmu Peternakan dan Lahan Rumput Badan Nasional Riset Pertanian dan Pangan Jepang menggunakan kotoran sapi sebagai campuran limbah organik lain karena kotoran hewan biasanya mengandung bakteri penghasil hidrogen. Sehingga pada fermentasi hidrogen tidak perlu menambahkan benih bakteri tersebut pada substrat yang akan difermentasi. Limbah organik yang digunakan sebagai substrat fermentasi secara bersama atau terpisah sangat beragam meliputi sisa-sisa makanan dari bahan serealia, daging, ikan, susu, kembang gula, telur, selai, sayuran dst. Pada fermentasi dua tahap, mereka menggunakan campuran kotoran sapi dengan makanan anjing sebagai substrat. Fermentasi tahap pertama berlangsung secara anaerobik selama 4 hari pada suhu 60oC. Dilanjutkan dengan tahap kedua dengan perlakuan penyesuaian pH menjadi 7,0-7,5 menggunakan larutan NaOH, dicampur dengan lumpur metanogenik dan ditambahi air, lalu dibiarkan selama 10 hari pada suhu 37oC.

dedak halus (karbohidrat)

tepung kedelai (protein)

tepung jagung (karbohidrat)

bekicot (protein)

cacing (protein)

tepung daun pepaya, lamtoro, (protein dan karbohidrat)

Komposisi :

1. 1,2,3,dengan porsi 50 :20 :30

2. 1,2,4 dengan porsi 50 :20 :30

3. 1,2,5 dengan porsi 50 :20 :30

4. 1,2,6 dengan porsi 50 :20 :30

cara membuat

1. semua bahan dicampur

2. aduk rata dengan air panas

3. lemparkan ke kolam dalam bentuk basah (untuk satu hari saja)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JENIS-JENIS IKAN LAUT - PERIKANAN.

Manajemen Budidaya Ikan Sistem KJA yang Berkelanjutan di Danau/Waduk